Minggu, 19 Desember 2010

Jogja - Never Ending Story

Jogja's International Airport
God is good. Di tengah ujian akhir semester ini, saya diberi kesempatan untuk menyentuh Jogjakarta. Meskipun tugas dari kantor sich sebenarnya but still, God is good. Pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Jogja.


Tgl 16 – 18 Desember 2010, 3 hari yang berkesan dan tentunya akan selalu dikenang di hati. Pagi hari sebelum berangkat, saya ujian dulu (berasa artis, abis ujian langsung berangkat ke luar kota). Meski pesawatnya delay, rasa senang lebih menyelimuti. Titipan oleh-oleh pun cukup mengkhawatirkan.. Ibarat kartun, saat itu, ada setetes keringat besar menempel di dahi saya.. LOL…

Gudeg - Traditional Jogja
Nyampe di bandara Jogja, hal pertama yang muncul dibenak saya “Mao makan apa ya..” Wkakaka. Dasar perut ga bisa diajak kompromi. Bandaranya apik tenan plus aroma jasmine memberikan efek relaksasi yang luar biasa. Orang-orang Jogja baik banget… Tutur katanya halus dan santun.. *luluh banget kalo ngomong dengan orang Jogja…


Hari pertama dilalui dengan makan gudeng, foto-foto di tengah jalan. Satu tempat yang harus teman-teman singgahi kalo ke Jogja… MALIOBORO.. Khususnya MIROTA BATIK (Rekomended banget dah..). Saya kalap berbelanja batik disana.. Mulai dari harga yang murah sampai yang ga kesentuh dompet juga ada.. Wakakaka.. 2 jam saya obrak-abrik tuh toko, ngetem terus sama masnya minta dicariin batik.. Alhasil, pulang dengan tentengan gede… Puas banget belanjanya. Pas bayar sedikit berurai air mata tapi worthed banget looo..

Satu jalan isinya jualan gudeg
In front of Gudeg stall


Stasiun Tugu - Jogja Statue
Tips buat traveling pemula : Malu bertanya sesat di jalan atau dalam kasus saya.. “Malu bertanya, alhasil jalan kaki beberapa kilo sampe hotel.” Ceritanya sehabis belaja heboh, kami berencana berhemat. Trus muncullah insting untuk berjalan kaki secara pas tadi perjalanan dari hotel menuju Malioboro “rasanya” cukup dekat. Diawal perjalanan pulang, kami beberapa kali ditawari transportasi becak seharga 10-15 ribu, tapi mungkin sindom sehabis nguras tabungan, kita tetep kekeh mao jalan. Ternyata jauh banget boookk.. Sesampainya di hotel, kaki serasa mao copot dan langsung terkulai di ranjang.

 
Batu seukuran mobil muntahan merapi
Hari kedua, saya berangkat ke Muntilan (kerja dunk..) Sepanjang perjalanan Jogja Muntilan masih terdapat sisa-sisa bencana merapi kemarin. Gundukan abu vulkanik, batu-batu besar, muntahan lahar yang sudah mengeras. Sedikit menyayat hati sich, apalagi ketika meilhat merapai yang masih gagah berdiri sambil menyemburkan asap. Tidak sepekat kemarin memang, tapi tetap saja membawa hati dan pikiran semakin mengagumi Sang Maha Kuasa.



Bersama anak-anak asrama
Expo kali ini cukup unik, sekolah yang kami kunjungi merupakan sekolah asrama. Pertama kali nich ngeliat kehidupan anak-anak asrama. Jauh beda dengan yang film-film remaja. Anak-anak di sekolah ini berasal dari Aceh hingga Papua. 3 tahun hidup di asrama membuat mereka sangat intim. Saya sempat bertanya kepada orang tua, alasan mereka mengirimkan anaknya bersekolah disini. Jawabannya simple “Banyak yang keluar dari sini berhasil jadi orang,” jawab seorang Bapak asal Batam yang memilih sekolah asrama bagi buah hatinya. Kalo dilihat sekilas, memang anak-anaknya sangat disiplin dan juga sopan. Bayangkan saja, setiap berpapasan dengan saya, anak-anak itu akan berhenti dan menganggukkan kepala sebagai tanda hormat.. WOW!! Jarang banget menemukan anak-anak dengan karakter seperti itu sekarang. Meskipun demikian, mereka tetap update dengan dunia luar. Buktinya di tengah-tengah expo, lagu Bruno Mars mengalun lembut lewat speaker radio sekolah. Hihihihi.. Selesai dari expo tersebut, badan saya tergeletak di ranjang (efek kecapekan akibat jalan kaki kemarin).

Bakpia Pathok on progress
Hari terakhir di Jogja, sedikit masih enggan sich meninggalkan kota yang manis ini. Berhubung pesawat kami agak sore, kami pun memanfaatkan sisa waktu yang ada dengan baik. Sehabis sarapan, kami memulai berpetualang. Hal pertama adalah menuju ke pasar mencari oleh-oleh titipan. Oleh-oleh yang wajib dibeli di Jogja adalah Bakpia Pathok. Pathok diambil dari nama desa tempat oleh-oleh ini dulunya dibuat. Kami diantar langsung menuju ke pabrik pembuatan Bakpia Pathok ini. Bakpia yang masih fresh dengan harga yang terjangkau berhasil membuat saya membeli beberapa dus bakpia.. T.T”””

Mirota - Must visit place
Setelah itu, kami dibawa ke beberapa tempat pembuatan batik dan juga Dagado. Dagado adalah kaos khas Jogja yang bercorak kreatif. Corak bisa berupa tulisan yang plesetkan atau gambar-gambar khas jogja seperti wayang, dll. Tetapi tempat yang ditawarkan kepada kami kurang sesuai dengan sesuai dengan kocek kami. Alhasil, kami kembali ke “MIROTA”.. Cinta mati dech ama tempat yang satu ini, selain pakaian, tempat ini juga menawarkan berbagai jenis benda kerajinan seperti tas ransel, tas laptop, aromatherapy, aksesories, ukiran, dll. And guess what…. Saya mulai kalap lagi.. Wkakakakaka.. Tapi kali ini mostly merupakan barang-barang titipan.  =p


with one of the statue
Sehabis berbelanja heboh jilid 2, masih tersisa cukup banyak waktu sebelum pesawat lepas landas. Kami pun “berjalan cepat” alias berlari ke tempat wisata yang kudu wajib dijunjungi di Jogja. Kurang afdol rasanya kalau ga mengunjungi Keraton Jogja. Peluh pun mulai bercucuran, meski keraton relatif dekat, tetap saja menguras banyak tenaga. Sesamapi disana, kami pun mulai mengagumi keindahan yang ada. Para abdi dalam istana keraton pun dengan ramah menyapa para turis yang ada.


Lambang Keraton
Jujur, saya kagum dengan Jogja. Sultan yang notabene kaum elite sangat merakyat. Bayangkan saja, para tukang becak diberi kursus bahasa Inggris gratis di Istana. Selain itu, Sultan memberi titah kepada seluruh rakyat Jogja untuk menjamu setiap tamu yang ada dengan baik. Hal ini membuat Jogja sebagai tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. Thank You Jogja for a great hospitality. So looking forward to be back again. Jogja – Never ending story. =)